Sang surya telah tenggelam, malam menyambut dengan alunan ,syahdu. hujan membasahi kota denpasar, yang masih ramai. seorang anak lelaki terlihat mengayunkan sepeda tuanya, dengan susah payah , baju lusuh dan usang itupun basah kuyup, koran yang berada didalam tas keresek merah miliknya terlihat mulai basah. tak ada halangan yang tak dapat dilaluinya air yang mengenangi kota denpasar, percikan air dari mobil yang melintas, hinga loban-lobang selokan yang sempat di singgahi ban sepedanya. keringatnya masih terlihat walau tersiram derasnya air hujan. jalannya sudah mulai gontai, rasa ngantuk dan lapar menyerang tubuhnya yang mungil, lalu dia harus kemana mencari sesuap nasi ?" apa dia harus minta - minta pada saat hujan turundengan deras, lampu lalu lintas mati, dan kendaraan meluncur cepat tak menghiraukannya .oh tuhan inilah penderitaan anak jalanan sepertinya. tak beberapa lama terlihat 2 bulir mutiara bening terjatuh dari matanya ,tapi dengan cepat ia menghapus kesedihannya.
terlihat gubuk kecil dan reot mengisi sebuah tempat
penampungan sampah yang tak begitu luas, anak laki2 itu cepat2
menuntun sepedanya ke blakan gubuk reot miliknya, sejenak ia memandang
sudu gubuk yang
hampir roboh, suasana dalam gubuknya masih sama
sepi , suyi, dan senyap tak ada syapapun sepeninggal ia bekerja menjual koran, belaiyan ibu dan
ayah hanya ia dapatkan pada mimpi indah dimalam hari ,maka segera ia berdoa
agar malam ini ia kan terus bersama kedua orang tuanya hingga terlepas dari
alam mimpi . mata mungil dan bulat itu kini telah terpejam malam menjadi saksi
bisu kebahagiaan dan duka laranya.
Karcip: ovita unik alis tutik anak kunti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar