Senin, 20 Mei 2013

Si Mungil yang dekil



        Sang surya telah tenggelam, malam menyambut dengan alunan ,syahdu. hujan membasahi kota denpasar, yang masih ramai. seorang anak lelaki terlihat mengayunkan sepeda tuanya, dengan susah payah , baju lusuh dan usang itupun basah kuyup, koran  yang  berada  didalam  tas  keresek merah miliknya terlihat mulai basah. tak ada halangan yang tak dapat dilaluinya  air  yang  mengenangi  kota denpasar, percikan air dari mobil yang melintas, hinga loban-lobang selokan yang sempat di singgahi ban sepedanya. keringatnya masih terlihat walau  tersiram  derasnya air hujan. jalannya sudah mulai gontai, rasa ngantuk dan lapar menyerang tubuhnya yang mungil, lalu  dia  harus  kemana  mencari  sesuap nasi ?" apa dia harus  minta - minta  pada  saat  hujan  turundengan deras, lampu lalu lintas mati, dan kendaraan meluncur cepat tak menghiraukannya .oh  tuhan  inilah  penderitaan anak jalanan sepertinya. tak beberapa lama terlihat 2 bulir mutiara bening terjatuh dari matanya ,tapi dengan cepat ia menghapus kesedihannya.
terlihat gubuk  kecil dan reot mengisi sebuah tempat penampungan  sampah  yang tak begitu luas, anak laki2 itu cepat2 menuntun sepedanya ke blakan gubuk reot miliknya, sejenak  ia  memandang  sudu  gubuk  yang hampir roboh, suasana  dalam  gubuknya  masih  sama  sepi , suyi,  dan senyap tak ada  syapapun  sepeninggal  ia bekerja menjual koran, belaiyan ibu dan ayah hanya ia dapatkan pada mimpi indah dimalam hari ,maka segera ia berdoa agar malam ini ia kan terus bersama kedua orang tuanya hingga terlepas dari alam mimpi . mata mungil dan bulat itu kini telah terpejam malam menjadi saksi bisu kebahagiaan dan duka laranya.
  
Karcip: ovita unik alis tutik anak kunti


Tidak ada komentar:

Posting Komentar